KONSEP DASAR
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
DISUSUN OLEH :
SRI MAHATMA KESAVA M (16140036)
B.13.1
DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017

1) Cairan
tubuh !
2) Gangguan
keseimbangan cairan!
3) Gangguan
keseimbanga elektrolit !
4) Gangguan
keseimbangan asam dan basa!
5) Mekanisme
penanganan gangguan caitan infus, menghitung tetesan infuse, jenis cairan
intravena (infuse) !
1.
Kebutuhan Cairan Tubuh
A.
Pengaturan
kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh :
ü Ginjal sebagaai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dalam darah, pengatur keseimbangan asan basa darah dan pengatur ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam.
ü Kulit sebagai proses pengaturan panas.
ü Paru-paru berperan
dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss 400 ml/hari.
ü Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang
berperan dalam mengerluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air.
Pengaturan keseimbangan
cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang dikontrol oleh sistem endokrin
(hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem aldosteron, prostaglandin
dan glukokortikoid.
B.
Cara perpindahan
cairan
ü Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam
cairan, gas, atau zat padat secara bebas atau acak.
ü Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni
(seperti air) membran semipermeable.
ü Transport aktif adalkah proses cairan tubuh
menggunakan mekanisme transpor aktif.
C.
Faktor yang
berpengaruh dalam pengaturan cairan
ü Tekanan cairan
ü Membran semipermeable merupakan penyaringan agar
cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.
2.
Gangguan Keseimbangan Cairan
A.
Hipovolum atau
dehidrasi
Kekurangan cairan
eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan. Tubuh akan merespon kekurangan cairan tubuh dengan
mengosongkan cairan vascular.
Pengosongan ini
terjadi pada pasien diare dan mutah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan
eksternal atau dehidrasi, yaitu :
i. Dehidrasi
isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang.
ii. Dehidrasi
hipertonik, tejadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.
iii. Dehidrasi
hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada
air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan
derajatnya :
i.
Dehidrasi berat
·
Kehilangan cairan
4-5 liter
·
Hipotensi
·
Turgor kulit buruk
·
Oliguria
·
Nadi dan
pernapasan meningkat
·
Kehilangan cairan
mencapai > 10% BB
ii.
Dehidrasi sedang
·
Kehilangan cairan
2-4 liter atau antara 5-10% BB
·
Mata cekung
iii.
Dehidrasi ringan
·
Kehilangan cairan
mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter
B.
Hipervolume atau
overhidrasi
Hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
3.
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
A.
Hiponatremia
Merupakan keadaan
kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar
natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan diare.
B.
Hipernatremia
Merupakan keadaan
dimana kadar natrium dalam plasma tinggi.
C.
Hipokalemia
Merupakan suatu
keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
D.
Hiperkalemia
Merupakan keadaan
dimana kadar kalium dalam darah tinggi.
E.
Hipokalsemia
Merupakan
kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
F.
Hiperkalsemia
Merupakan keadaan
kelebihan kadar kalsium dalam darah.
G.
Hipomagnesia
Merupakan
kekurangan kadar magnesium dalam darah.
H.
Hipermagnesia
Merupakan kondisi
kelebihan kadar magnesium dalam darah.
4.
Gaangguan Keseimbangan Asam dan Basa
A.
Asidosis
Respiratorik
Merupakan suatu
keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang
karbondioksida dari cairan tubuh. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan
pada pernapasan peningkatan PCO2 arteri diatas 45mmHg dan penurunan
pada pH yakni kurang dari 7,35. Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya
penyakit obstruksi, trauma kepala, pendarahan dan lain-lain.
B.
Asidosis metabolik
Merupakan suatu
keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan asam. Keadaan ini ditandai dengan
adanya penurunan pH kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/L.
C.
Alkalosis
respiratorik
Suatu keadaan
kehilangan CO2 dari paru-paru yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2
arteri kurang dari 35 mmHg,
pH lebih dari
7,45. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena adanya hiperventilasi,
kecemasan, emboli paru-paru dan lain-lain.
D.
Alkalosis
metabolik
Suatu keadaan
kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya
peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45
atau secara umum keadaan asam basa dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :
HCO3 Plasma
|
pH Plasma
|
PaCO2 Plasma
|
Gangguan asam basa
|
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
|
Menurun
Menurun
Meningkat
Meningkat
|
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
|
Asidosis respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis respiratorik
Alkalosis metabolik
|
5.
Mekanisme penanganan gangguan cairan infus, menghitung
tetesan infus, jenis cairan intravena (infus)
A. Mekanisme penanganan gangguan cairan
infus
1.
Pemberian cairan melalui infus
merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada
pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
Persiapan Bahan dan Alat :
·
Standar infuse
·
Perangkat infuse
·
Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
·
Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
·
Pengalas
·
Tourniquet/pembendung
·
kapas alkohol 70%
·
Plester
·
Gunting
·
Kasa steril
·
Betadine
·
Sarung tangan
Prosedur
Kerja :
ü Cuci tangan
ü Jelaskan pada pasien
mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
ü Hubungakan cairan dan
perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan)
ü Isi cairan ke dalam
perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan
terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
ü Letakkan pengalas
ü Lakukan pembendungan
dengan tourniquet
ü Gunakan sarung tangan
ü Desinfeksi daerah yang
akan ditusuk
ü Lakukan penusukan dengan
arah jarum ke atas
ü Cek apakah sudah
mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
ü Tarik jarum infus dan
hubungkan dengan selang infuse
ü Buka tetesan
ü Lakukan desinfeksi
dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
ü Beri tanggal dan jam
pelaksanaan infuse pada plester
ü Catat respons yang
terjadi
ü Cuci tangan
2.
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan
darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi pada pasien yang
membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki
perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
·
Standar infuse
·
Perangkat transfusi
·
NaCl 0,9%
·
Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
·
Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
·
Pengalas
·
Tourniquet/ pembendung
·
Kapas alcohol 70%
·
Plester
·
Gunting
·
Kasa steril
·
Betadine
·
Sarung tangan
Prosedur
Kerja :
ü Cuci tangan
ü Jelaskan pada pasien
mengenai proosedur yang akan dilakukan
ü Hubungkan cairan NaCl
0,9% dan seperangkat transfuse dengan menusukkannya
ü Isi cairan NaCl 0,9%
ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
ü Letakkan pengalas
ü Lakukan pembendungan
dengan tourniquet
ü Gunakan sarung tangan
ü Desinfeksi daerah yang
akan disuntik
ü Lakukan penusukan
dengan arah jarum ke atas
ü Cek apakah sudah
mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath
ü Tarik jarum infus dan
hubungkan dengan selang tranfusi
ü Buka tetesan
ü Lakukan desinfeksi
dengan betadine™ dan tutup dengan kasa steril
ü Beri tanggal dan jam
pelaksanaan infuse pada plester
ü Setelah NaCl 0,9%
masuk sekitar ± 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
ü Darah sebelum
dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan
darah dan tanggal kadaluwarsa
ü Lakukan observasi
tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi
ü Catat respons terjadi
ü Cuci tangan
B.
Cara menghitung tetesan infus :
1.
Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan/menit = jumlah cairan yg masuk : lamanya infuse (jam) x 3
Atau
Tetesan/menit = jumlah kebutuhan cairan x faktor tetesan : lama infuse (jam) x 60 menit
2. Anak : Tetesan/menit (mikro) = jumlah cairan yg masuk : lamanya infuse (jam)
C. Jenis cairan infus
yang seringkali diberikan. Berikut ini diantaranya :
1. Asering
Cairan
dalam tiap liternya memiliki komposisi sebagai berikut :
Ø Na 130 mEq
Ø Cl 109 mEq
Ø Ca 3 mEq
Ø K 4 mEq
Ø Asetat/garam 28 mEq
Fungsi cairan ini dapat diberikan
saat pasien dehidrasi (keadaan shock hipovolemik dan asidosis), demam berdarah dengue, trauma, dehidrasi berat, luka bakar dan shock
hemoragik.
Adapun manfaat cairan asering yaitu:
Ø Dapat menjaga suhu tubuh sentral
pada anestasi dan isofluran terutama kandungan asetatnya pada saat pasien
dibedah
Ø Meningkatkan tonisitas sehingga
dapat mengurangi resiko edema serebral
2. Cairan
Kristaloid
a. Normal
Saline
Komposisi
: Na: 154 mmol/l,Cl:154 mmol/l
Kegunaan
:
Ø Mengganti cairan saat diare
Ø Mengganti elektrolit dan cairan yang
hilang di intravaskuler
Ø Menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit serta membuat peningkatan pada metabolit nitrogen berupa ureum dan
kreatinin pada penyakit ginjal akut.
b. Ringer
Laktat (RL)
Komposisi
: (mmol/100 ml : Na = 130, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl =
109-110, Basa = 28-30 mEq /L)
Manfaat
cairan Ringer Laktat :
Ø Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk
konduksi saraf dan otak, mengganti cairan hilang karena dehidrasi, syok
hipovolemik dan kandungan natriumnya menentukan tekanan osmotik pada pasien.
c. Deaktrosa
Cairan
terdiri dari beberapa komposisi yakni : Glukosa = 50 gr/l,100 gr/l,200 gr/l
Manfaat
deaktrosa adalah cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi intravena,dan
diperlukan untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai operasi.
d. Ringer
Asetat (RA)
Komposisi
cairan ini hampir sama dengan cairan Ringer Laktat namun keduanya memiliki
manfaat yang berbeda yaitu :
Ø Berguna sebagai cairan metabolisme
di otot pasien
Ø Bermanfaat bagi pasien resusitasi
(kehilangan cairan akut) yang mengalami dehidrasi yang berat dan syok maupun
asidosis
Ø Bagi pasien diare (yang kehilangan
cairan dan bikarbonat masif)
Ø Demam berdarah
Ø Luka bakar (syok hemoragik)
Manfaat yang dirasakan pasien dengan
cairan ini 3-4 kali lebih cepat dan efektif daripada cairan Ringer Laktat (RL).
3. Cairan
Koloid
Cairan
ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang sulit untuk menembus
pada membran kapiler. Biasanya cairan digunakan untuk mengganti cairan yang
hilang yakni cairan intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose
plasma lebih terjaga dan mengalami peningkatan. Jenis cairan koloid yaitu :
a. Albumin
Komposisi
: Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang berasal dari plasma manusia
(misalnya 5 %).
Adapun
manfaat albumin yaitu mengganti jumlah volume yang hilang atau protein ketika
pasien mengalami syok hipovolemia, hipoalbuminemia, saat operasi ,trauma, gagal
ginjal yang akut dan luka bakar. Selain itu, ketika pasien diterapi dengan
albumin dapat memberi pengaruh diuresis yang berkelanjutan serta membantu dalam
penurunan berat badan.
b. Hidroxyetyl
Starches (HES)
Komposisi
: Starches (memiliki 2 tipe polimer glukosa:amilosa dan amilopektin).
Manfaat
cairan HES yakni membantu menurunkan permeabilitas pembuluh darah pada pasien
post trauma. sSehingga resiko kebocoran kapiler dapat terhindarkan dan membantu
menambah jumlah volume plasma walaupun pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
c. Dextran
Komposisi
: Polimer glukosa (hasil sintesis bakteri Leuconosyoc mesenteroides
melalui media sukrosa).
Manfaat
dextran, membantu menambah plasma ketika pasien mengalami trauma, syok sepsis,
iskemia celebral, vaskuler perifer dan iskemia miokard. Selain itu, cairan
dextran memberi efek anti trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan
mencegah agregasi platelet.
d. Gelatin
Komposisi:
hidrolisi kolagen bovine
Manfaat
: Memberi efek antikoagulan, Dapat membantu menambah volume plasma
pada pasien
4. Cairan Mannitol
Komposisi
terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (C6H14O6). Manfaatnya yaitu membantu
tekanan intrakranial yang tingga menjadi normal atau berkurang, memberi
peningkatan diuresis pada proses pengobatan gagal ginjal (oliguria),
membuateksresi senyawa toksik menjadi meningkat. Bermanfaat juga sebagai
larutan irigasi genitouriner ketika pasien sedang menjalani operasi prostat
atau transuretral.
5. KA-EN 1B
Komposisinya
dalam tiap 1000 ml yaitu :
Ø Sodium klorida 2,25 g
Ø Anhidrosa dekstros 37,5 g
Ø Elektrolit (meq/L) yang terdiri dari
: Na+ (38,5),Cl- (38,5),dan glukosa (37,5 g/L
Manfaat cairan KA-EN 1B :
Dapat menjadi cairan elektrolit
pasien pada kasus pasien yang sedang dehidrasi karena tidak mendapat asupan
oral dan pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa diberikan kepada
bayi prematur maupun bayi yang baru lahir sebagai cairan elektrolitnya.
6. KA-EN 3A
& KA-EN 3B
Komposisi
:
Ø KA-EN 3A
Ø Sodium klorida 2,34 g
Ø Potassium klorida 0,75 g
Ø Sodium laktat 2,24 g
Ø Anhydrous dekstros 27 g
Ø Cairan elektrolit (meq/L): Na +
60,K+10,Cl-50,glukosa 27g/L,kcal/L:108
Ø KA-EN 3B
Ø Sodium klorida 1,75 g
Ø Ptasium klorida 1,5 g
Ø Sodium laktat 2,24
Ø Anhydrous dekstros 27 g
Manfaat kedua larutan ini adalah :
Membantu memenuhi kebutuhan pasien
akan cairan dan elektrolit karena kandungan kaliumnya (pada KA-EN 3A mengandung
kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandung kalium 20 mEq/L) yang cukup walaupun
pasien sudah melakukan ekskresi harian.
7. KA-EN MG3
Komposisi
:
Ø Sodium klorida 1,75 g
Ø Anhydrous dekstros 100 g
Ø Sodium laktat 2,24 g
Ø Cairan elektrolit (mEq/L) yang
terdiri dari: Na+ (50),K+ (20),Cl- (50),laktat- (20),glikosa (100 g/L),kcal/l
(400)
Manfaatnya yakni membantu cairan
elektrolit harian pasien maupun saat pasien mendapat asupan oral terbatas,
memenuhi kebutuhan kalium pasien (20 mEq/L) dan sebagai suplemen NPC yang
dibutuhkan pasien (400 kcal/L).
8. KA-EN 4A
Memiliki
komposisi (per 1000 ml), yang mengandung :
Ø Na 30 mEq/L
Ø Cl 20 mEq/L
Ø K 0 mEq/L
Ø Laktat 10 mEq/L
Ø Glukosa 40 gr/L
Manfaat larutan ini yakni dapat
diberikan sebagai larutan infus untuk bayi dan anak-anak, menormalkan kadar
konsentrasi kalium serum pada pasien, membantu pasien mendapatkan cairan
kembali ketika mengalami dehidrasi hipertonik.
9. KA-EN 4B
Komposisinya
yaitu :
Ø Na 30 mEq/L
Ø K 8 mEq/L
Ø Laktat 10 mEq/L
Ø Glukosa 37,5 gr/L
Ø Cl 28 mEq/L
Manfaat cairan infus KA-EN 4B :
Dapat diberikan pada bayi dan
anak–anak usia kurang dari 3 tahun sebagai cairan infus bagi mereka, mengurangi
resiko hipokalemia ketika pasien kekurangan kalium dan mengganti cairan
elektrolit pasien ketika dehidrasi hipertonik.
10. Otsu-NS
Komposisinya
terdiri dari elektrolit (mEq/L) :
Ø Na+=154
Ø Cl- +154
Manfaat cairan Otsu-NS yakni
mengganti Na dan Cl ketika pasien diare,mengganti kehilangan natrium pada
pasien saat asidosis diabetikum,insufisiensi adrenokortikal,dan luka bakar.
Selain itu, mengganti cairan saat pasien mengalami dehidrasi akut.
11. Otsu-RL
Komposisi
terdiri dari cairan elektrolit (mEq/L), yaitu :
Ø Na+ =130
Ø K+ = 4
Ø Cl- =108.7
Ø Laktat = 28
Ø Ca++ = 2.7
Manfaatnya yaitu memberi pasien ion
bikarbonat dan sebagai cairan asidosi metabolik dan sebagai resuisitasi.
12. MARTOS-10
Komposisi
: 400 kcal/L
Manfaat
cairan ini adalah dapat membantu mencukupi suplai air dan karbohidray pada
pasien diabetik secara parental dan dapat memberi nutrisi eksogen pada pasien
kritis penderita tumor,infeksi berat,pasien stres berat maupun pasien mengalami
defisiensi protein.
13. AMIPAREN
Cairan
ini bermanfaat bagi pasien yang mengalami stres metabolik berat, mengalami luka
bakar, kwasiokor dan sebagai kebutuhan nutrisi secara parental.
14. AMINOVEL-
600
Komposisi
cairan ini tiap 600 liter terdiri atas :
Ø amino acid (L-form) 50g
Ø D-sorbitol 100g
Ø ascorbic acid 400mg
Ø inositol 500mg
Ø nicotinamide 60mg
Ø pyridoxine HCl 40mg,
Ø riboflavin sodium phosphate 2,5mg.
Ø Selain itu komposisinya terdiri dari
elektrolit:
Ø Sodium 35 mEq
Ø potassium 25 mEq
Ø magnesium 5 mEq
Ø acetate 35 mEq
Ø maleate 22 mEq
Ø chloride 38 mEq
Manfaatnya adalah meningkatkan
kebutuhan metabolik pada pasien yang mengalami luka bakar, trauma pasca operasi
serta pasien yang mengalami stres metabolik sedang. Selain itu, cairan
diberikan kepada pasien GI sebagai penambah nutrisi.
15. TUTOFUSIN
OPS
Komposisi
tiap liternya adalah:
Ø Natrium = 100 mEq
Ø Kalium = 18 mEq
Ø Kalsium = 4 mEq
Ø Sorbitol = 50 gram
Ø Klorida = 90 mEq
Manfaatnya yakni memenuhi kebutuhan
pasien akan air dan cairan elektrolit baik saat sebelum,sedang dan sesudah
operasi. Selain itu, dapat membantu pasien mendapatkan kembali air dan cairan
elektrolit saat mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan
intarselular, juga memenuhi kebutuhan pasien akan makanan yang mengandung
karbohidrat
secara parsial.
DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul. 2016. Keterampilan Dasar Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Hardisman, dr. 2015. Fisiologis dan Aspek Klinis Cairan Tubuh dan Elektrolit Disertai dengan
Soal-soal dan Pembahasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar